Antri... Merupakan suatu pemandangan yang umum baru-baru ini, mulai dari antri bahan pangan, minyak goreng, dan yang lagi ngetren adalah bahan bakar minyak dan kelangkaan gas.
Namun, apa yang sebenarnya telah terjadi di balik antri BBM (minyak tanah) dan konversi energi tersebut. Sebuah pertanyaan yang menggelitik untuk dijawab, di tengah maraknya jargon-jargon pemerintah, yang "dicekoki" ke masyarakatnya. Isu tentang kenaikan harga minyak dunia dan keefisienan penggunaan gas menjadi kampanye efektif yang mengiringi jalannya konversi energi.
Jadi apakah alasan dibalik "konversi energi"? Tidak lain dan tidak bukan adalah kebijakan ekonomi makro yang diterapkan oleh pemerintah. Kondisi keuangan negara adalah yang utama, selama ada potensi kondisi keuangan negara surplus, maka hal tersebut layak/halal dilakukan, meski akan berpengaruh buruk pada bidang lainnya, contoh sederhananya kelangkaan minyak tanah dan gas tadi. Semuanya dilakukan untuk mengejar angka-angka 'nisbi', mulai dari kondisi keuangan negara, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, dan lain sebagainya, tanpa memperhatikan kondisi riil masyarakat.
Contoh kasus, kegiatan konversi energi ini, mengapa dilakukan? Tidak lain adalah untuk memperbesar pendapatan negara dengan melakukan ekspor minyak. Saat ini, dimana harga minyak dunia telah menembus kisaran angka $100 per barrel, maka konsumsi minyak dalam negeri dikurangi, untuk memperbesar ekspor. 'Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui', pendapatan negara meningkat, beban negara atas subsidi minyak juga berkurang, sungguh tindakan yang elegan. Harga gas yang murah ditawarkan menjadi solusi yang terlihat rasional. Tapi sungguh disayangkan, kesiapan lembaga yang menjamin ketersediaan gas di negeri ini masih terkesan 'ogah-ogahan'. Atau memang, ketersediaan akan gas itu sendiri yang masih belum mencukupi kebutuhan, terbukti dalam menjamin ketersediaan gas di lingkungan perusahaan saja masih rawan akan kekurangan, apalagi ditambah untuk memenuhi kebutuhan gas di rumah tangga. Jadi jangan heran kalo, akhir-akhir ini sering diberitakan mengenai kelangkaan gas di masyarakat.
Minyak mahal, langka pula, mau pake gas, juga gak ada, mau masak pake apa??? Ironi memang jika kehidupan ekonomi riil di masyarakat digadaikan dengan pencapaian angka-angka 'nisbi' dan prestasi pemerintah secara makro. Akhirnya sih.... Ngantre lagi...ngantre lagiiii....
Jadi apakah alasan dibalik "konversi energi"? Tidak lain dan tidak bukan adalah kebijakan ekonomi makro yang diterapkan oleh pemerintah. Kondisi keuangan negara adalah yang utama, selama ada potensi kondisi keuangan negara surplus, maka hal tersebut layak/halal dilakukan, meski akan berpengaruh buruk pada bidang lainnya, contoh sederhananya kelangkaan minyak tanah dan gas tadi. Semuanya dilakukan untuk mengejar angka-angka 'nisbi', mulai dari kondisi keuangan negara, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, dan lain sebagainya, tanpa memperhatikan kondisi riil masyarakat.
Contoh kasus, kegiatan konversi energi ini, mengapa dilakukan? Tidak lain adalah untuk memperbesar pendapatan negara dengan melakukan ekspor minyak. Saat ini, dimana harga minyak dunia telah menembus kisaran angka $100 per barrel, maka konsumsi minyak dalam negeri dikurangi, untuk memperbesar ekspor. 'Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui', pendapatan negara meningkat, beban negara atas subsidi minyak juga berkurang, sungguh tindakan yang elegan. Harga gas yang murah ditawarkan menjadi solusi yang terlihat rasional. Tapi sungguh disayangkan, kesiapan lembaga yang menjamin ketersediaan gas di negeri ini masih terkesan 'ogah-ogahan'. Atau memang, ketersediaan akan gas itu sendiri yang masih belum mencukupi kebutuhan, terbukti dalam menjamin ketersediaan gas di lingkungan perusahaan saja masih rawan akan kekurangan, apalagi ditambah untuk memenuhi kebutuhan gas di rumah tangga. Jadi jangan heran kalo, akhir-akhir ini sering diberitakan mengenai kelangkaan gas di masyarakat.
Minyak mahal, langka pula, mau pake gas, juga gak ada, mau masak pake apa??? Ironi memang jika kehidupan ekonomi riil di masyarakat digadaikan dengan pencapaian angka-angka 'nisbi' dan prestasi pemerintah secara makro. Akhirnya sih.... Ngantre lagi...ngantre lagiiii....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar